DALAM ERA
JURNALISTIK MODERN
Ido Prijana Hadi
Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Petra
Jalan Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236
Email: ido@peter.petra.ac.id
ABSTRACT
Internet technology has made
communication much easier and less expensive.
It has
attracted many people and has penetrated into people's daily lives. The mass
media also have accepted the internet. Almost all forms of traditional media,
such as radio, television, and newspaper have extended their work into this new
field. The internet and the world wide web
have both significantly influenced modern journalism. Many television, radio
broadcasting stations, and newspapers in Indonesia operate their sites
using internet technology. Internet brings a technical communication revolution, a fundamental change takes place in the
structure of connections, artificial memories and the reproduction of their
content. In online media allows readers to enjoy browsing their product
and service of contents, such as news feed, podcasts, deskstop alert, news on mobile
phones, PDA and others mobile devices. Online media offer
not only text but also digital images, audio file, and moving images (video).
The interactive features of the internet seemingly imply that online media have more advantages than
traditional media forms. So, the internet
have dramatically evolved become new media with characteristic multimedia,
hypertext, interactivity, archives, and virtuality. The most important
structural new media characteristic is the integration of telecommunications,
data communications and mass communication in a single medium. It is the
process of convergence.
Keywords:
modern journalism, convergence, multimedia.
PENDAHULUAN
Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan
distribusi informasi memegang peranan penting. Urgensi peranan
teknologi dalam proses massifikasi informasi terjadi ketika hasil teknologi
membantu mengubah pola komunikasi yang
dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi
tanpa batas. Sehingga hadirnya media baru (new media)1 memberi alternatif masyarakat dalam mencari dan memanfaatkan sumber-sumber
informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Media
massa konvensional (tv, radio dan cetak) dituntut
1
Definisi new media secara eksklusif merujuk pada
teknologi komputer yang menekankan
bentuk dan konteks budaya yang mana teknologi digunakan,
seperti dalam seni, film,
perdagangan, sains dan diatas itu semua internet.
Sementara digital media merupakan kecenderungan kepada kebebasan teknologi itu sendiri sebagai
karakteristik sebuah medium, atau merefleksikan teknologi digital
(Dewdney and Ride. 2006 : 8 & 20).
69
70 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
untuk melakukan intergrasi dengan media baru agar mampu
memenuhi harapan baru bagi pelanggan setianya, baik pembaca online
maupun cetak.
Perkembangan media baru sebenarnya merujuk kepada sebuah
perubahan dalam proses produksi media, distribusi dan penggunaan.
Media baru tidak terlepas dari key term seperti digitality,
interactivity, hypertextuality, dispersal dan virtuality (Lister, 2003 : 13). Dalam konsep digitality semua
proses media digital diubah (disimpan)
ke dalam bilangan, sehingga keluarannya (out put) dalam bentuk sumber online,
digital disk, atau memory drives yang akan diubah dan diterima dalam
layar monitor
atau dalam bentuk 'hard copy'. Konsep Interactivity merujuk
kepada adanya kesempatan dimana teks dalam
media baru mampu memberikan users untuk 'write back into the text'. Sedangkan konsep dispersal media baru
lebih kepada proses produksi dan distribusi media menjadi decentralised
dan mengandalkan keaktifan individu (highly
individuated). Batasan new media sering disamakan dengan digital media,
yang semestinya new media lebih pada konteks dan konsep budaya kontemporer
dari parktik media daripada seperangkat teknologi itu sendiri (medium).
Misalnya pada 13 Agustus 2008
Indonesia telah menapak ke pintu teknologi
penyiaran televisi digital. Peristiwa itu berupa soft
launching siaran TV digital2 oleh TVRI.
Teknologi TV digital dipilih karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan analog. Teknologi ini punya ketahanan terhadap
efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery)
terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman/transmisi
sinyal. Kemudian, TV digital menyajikan gambar
dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog
serta ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi
karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan
mobile), misalnya di kendaraan yang
bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah- ubah
kualitasnya seperti pada TV analog saat ini (Dharmanto, 2008). Langkah ini jelas akan menjadi lokomotif bagi perubahan yang cukup
radikal di bidang penyiaran televisi nasional
serta menjadi era baru bagi dunia industri televisi nasional, menggantikan era penyiaran televisi analog yang dimulai
pada 17 Agustus 1962 berupa siaran percobaan TVRI dalam acara HUT Proklamasi
Kemerdekaan XVII Indonesia dari halaman Istana
Merdeka Jakarta. Pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya dengan
acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV
dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.
2.
Implementasi sistem TV Digital di Eropa, Amerika, dan Jepang sudah dimulai
beberapa tahun
lalu. Di Jerman, proyek ini telah dimulai sejak tahun
2003 untuk kota Berlin dan tahun 2005 untuk Muenchen dan saat ini hampir semua
kota besar di Jerman sudah bersiaran TV digital. Belanda telah memutuskan untuk melakukan switch off (penghentian
total) siaran TV analognya sejak akhir 2007. Perancis akan menerapkan
hal sama pada tahun 2010. Inggris sejak akhir
2005 telah melakukan uji coba mematikan beberapa siaran analog untuk menguji penghentian
total sistem analog bisa dilakukan pada tahun 2012. Kongres Amerika Serikat
telah memberikan mandat untuk menghentikan
siaran TV analog secara total pada 2009, begitu pula Jepang pada 2011.
Negara-negara di kawasan Asia juga sudah mulai melakukan migrasi total. Di
Singapura, TV digital diluncurkan sejak Agustus 2004 dan saat ini telah
dinikmati lebih kurang 250.000 rumah. Di Malaysia, uji coba siaran TV digital
juga sudah dirintis sejak 1998 dengan
dukungan dana sangat besar dari pemerintah dan saat ini siarannya sudah bisa dinikmati
lebih dari 2 juta rumah (Dharmanto, 2008).
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 71
Pemerintah Indonesia telah memutuskan bahwa implementasi
sistem TV digital menggunakan sistem Digital Video
Broadcasting-Terrestrial (DVB-T) sebagai standar nasional Indonesia. Sementara industri radio, karena teknologi FM radio
dianggap sudah cukup memiliki kualitas dan efisiensi yang baik.
Teknologi radio FM tetap akan bertahan
sampai belasan tahun ke depan. Sehingga penggunaan teknologi DAB (Digital Audio Broadcasting) yang
dikembangkan lebih merupakan penyeimbang teknologi DVB-T sebagaimana
sudah diimplementasikan di lebih dari 40 negara, khususnya negara-negara Eropa. Teknologi DAB bila dikembangkan
menggunakan teknologi Digital Multimedia Broadcasting (DMB),
yaitu dengan menambahkan DMB
multimedia prosesor, akan mampu menyiarkan konten gambar
bergerak sebagaimana siaran TV. Hal ini telah menstimulasi para
pelaku industri radio untuk mengembangkan
bisnisnya dengan menambah konten berupa gambar bergerak, seperti informasi cuaca, peta jalan, video clip,
dan film, sebagaimana yang terjadi di industri televisi.
Mengambil konsep dari Mc Luhan (1997: 7) dimana medium
is the message, maka bila diaplikasikan pada internet3 atau bentuk
World Wide Web (WWW) bisa berupa situs
berita online. Dimana analogi dari pernyataan McLuhan dengan melihat perkembangan
kemajuan bidang teknologi informasi, maka technology is the message. Teknologi itulah yang menghasilkan medium baru
atau melahirkan the new media.
Jadi bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan pengaruh
media. Tetapi, adanya kemajuan teknologi, media
menjadi sangat maju - selanjutnya dalam konteks ini penulis menyebut Teknologi Informasi dan Komunikasi -. Media telah
berubah menjadi subyek komunikasi yang interaktif dan menjadi
sahabat baru manusia. Pola interaksi sosial
yang terbentuk melalui media telah menciptakan ruang baru bagi kehidupan manusia. Ruang dimana manusia bisa berimajinasi
dan berinteraksi. Sementara apabila dikaitkan
dalam konteks media jaringan (komputer) yang
kemudian melahirkan cybercommunity (komunitas
cyber) juga turut andil dalam membentuk
suatu pola hubungan sosial yang tanpa batas, sangat luas dan
transparan
(Bungin, 2002)
Pengalaman empiris menunjukkan, setiap medium baru
berpengaruh terhadap media yang ada.
Misalnya, sejak munculnya televisi iklim persaingan semakin kentara. Televisi
mempengaruhi eksistensi media cetak dalam hal isi, bentuk, distribusi,
kebijakan harga, periklanan dan sebagainya. Karenanya, setiap kali muncul media baru, kata kunci untuk media yang sudah
eksis dan ingin tetap eksis adalah adaptasi,
inovasi, kreatifitas, atau ketinggalan dan ditinggalkan (Oetama, 2001 : 361). Dengan melihat kondisi masyarakat yang
semakin maju, pintar, kritis, dan bebas menentukan
sumber-sumber informasinya, terutama di kota-kota besar, maka proses metamorfose
media konvensional ke media digital memberikan andil yang cukup besar
bagi proses eksistensi media tsb.
Disisi lain, munculnya medium baru tidak berarti
meniadakan medium lama. Antara medium lama dan medium baru terjadi proses
saling melengkapi, saling mempengaruhi,
saling memperkaya inovasi dan kreatifitas. Sehingga setiap kejadian yang diberitakan menjadi lebih jelas maknanya, korelasinya
dan interaksinya bagi konsumen (pembaca).
Surat-kabar dan majalah menjadi lebih menarik apabila juga
3
Internet secara sederhana menggambarkan kumpulan jaringan
yang menghubungkan
komputer
dan server secara bersamaan (Lister, 2003 : 165)
72 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
mampu menghadirkan edisi online dengan tingkat
keterbaruan berita atas peristiwa terakhir,
disamping edisi cetak yang menjadi andalannya. Dalam konteks di Indonesia, ketika muncul televisi swasta, media cetak
gelisah soal tersedotnya porsi pembagian iklan,
orang pers juga meratapi soal penurunan tiras, dan miskinnya minat baca. Akan tetapi, ketika muncul Internet di
Indonesia (tahun 1995 dan booming dot com tahun 1998-2000), reaksinya berbeda-beda. Ada surat
kabar yang justru melakukan sinergi, sehingga menjadi kekuatan, yakni dengan
cara membuka surat kabar edisi cetak online dan edisi realtime news.
Fenomena ini berkembang di
Indonesia sejak era reformasi 1998 sampai sekarang
seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi. Sejarah mencatat bahwa suratkabar
online pertama yang menghadirkan berita digital
adalah Chicago Tribune dalam tahun 1992.
Jumlah pengakses internet di Indonesia dari tahun ke tahun
sejak 1998 selalu mengalami peningkatan. Menurut
Perkiraan resmi dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
terhadap jumlah pelanggan dan pemakai internet selama
ini dan perkiraan sampai akhir tahun 2007 adalah sesuai
dengan tabel berikut ini:
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelanggan & Pemakai
Internet (kumulatif)
perkiraan s/d akhir 2007
Tahun
2007
2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998
Sumber:
APJII
Pelanggan
2.000.000
1.700.000 1.500.000 1.087.428 865.706 667.002 581.000 400.000 256.000 134.000
Pemakai 25.000.000
20.000.000 16.000.000 11.226.143 8.080.534 4.500.000 4.200.000 1.900.000 1.000.000
512.000
Internet mampu memberikan layanan kecepatan informasi
setiap saat, detail
dan bebas biaya. Sehingga tidak lah mengherankan apabila
terjadi kenaikan jumlah pengakses internet setiap tahunnya di Indonesia.
Fenomena umum orang online ke internet adalah
untuk mendapatkan informasi dan berbagi informasi. Barangkali masih ingat
fenomena berita bawah tanah mailing list apa kabar di internet (1995- 1997) yang sempat populer dengan analisis permasalahan
seputar ekonomi dan politik Indonesia waktu itu,
namun identitas nara sumber seringkali disembunyikan. Fenomena lain dengan
adanya peniadaan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), ketika era Presiden
BJ. Habibie dan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah (1999) yang berakibat kebebasan pers (kemudahan mendirikan media)
tidak terkecuali sampai
pers online atau menyinergikan dengan online. Fenomena
internet dot com dengan e- commerce dan web 2.04 memberikan andil
pada perkembangan sejarah media di
4
The term 'Web 2.0' was introduced as a new concept at a
conference brainstorming session
between Tim O'Reilly and MediaLive in 2001. In this
initial discussion the concepts were
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 73
Indonesia, sampai memasuki era media-media alternatif
digital seperti blog, friendsters, facebook,
iPod, iPhone 3G, dan sebagainya.
Menurut Daniel Dhakidae (Kompas, 28 Juni 2005) surat
kabar generasi modern industrial bersaing dengan televisi tentang seberapa
cepat menyajikan kejutan berita
yang disebut scoop. Surat kabar generasi
post-modern harus bersaing bukan sekadar dengan televisi, tetapi televisi
yang sudah mengalami "transformasi" oleh seluruh teknologi digital
yang memungkinkan multimedia, dengan internet sebagai pusatnya, di mana setiap orang bisa serentak mendengar, melihat,
membaca sesuatu yang berasal dari aneka
sumber pada saat yang hampir bersamaan. Secara tidak sadar para pembaca modern
surat kabar cetak mengalihkan kebiasaan quick browsing internet ke
dalam cara membaca surat kabar.
Disisi lain di Amerika Serikat (AS) terdapat fenomena
surat kabar cetak memasuki era digital ini
menghadapi tantangan berat seperti penurunan sirkulasi, penurunan jumlah
pembaca dan pemasukan iklan, serta kompetisi yang sengit dari kompetitor
digital. Sehingga beberapa surat kabar terkemuka AS mengakhiri edisi cetak dan
berpindah ke edisi online. Seperti diberitakan Kompas 27 Maret 2009 (hal,10), The Christian Science Monitor (CSM)5 yang bermarkas di
Boston, Massachusetts dan berusia 100 tahun menerbitkan edisi
terakhir surat kabar pada Kamis 26 Maret 2009. Sirkulasi CSM
merosot menjadi sekitar 50.000 eksemplar, rugi 18,9 juta dollar AS pada tahun anggaran yang berakhir April 2009 dan
membutuhkan subsidi hingga 12,1 juta
dollar. Penghentian edisi cetak surat kabar CSM, hanya berselang dua pekan setelah surat kabar besar AS
lainnya, Seattle Post-Intelligencer yang telah terbit selama 146 tahun. Surat kabar Rocky Mountain News
tutup pada Februari 2009. Sejumlah kelompok
surat kabar lain, seperti Tribune Co, pemilik Los Angeles Times dan Chicago Tribune, telah mengajukan proses kebangkrutan demi menyiasati kerugian selama bertahun-tahun.
Fenomena pengaruh internet pada media cetak tsb tidak
bisa dicegah, dan sedapat mungkin bersinergi dengan format internet. Walaupun
internet dapat meningkatkan risiko informasi,
aksesibilitas yang bebas, interaktivitas, globalitas, konektivitas komunikasi
personal, ekonomis dan politik, serta hilangnya kontrol jurnalistik atas pasar informasi. Namun, dengan edisi
online internet mampu menjangkau jumlah
pengunjung situs yang lebih besar. Sejauh pengamatan penulis, sinergi media
cetak dengan internet memperkuat penentuan diri khalayak dalam hal informasi
dan membuat mereka lebih bebas dari media konvensional. Internet sebagai media teknologi baru juga mempengaruhi
transformasi jurnalisme secara fundamental
(Pavlik, 2001). Seperti serba berita (ubiquitous news), akses informasi
global, peliputan saat itu juga (instantaneous reporting), interaktif,
wujud isi aneka
exemplified
by sites such as Flickr, Wikipedia and the blogosphere in general, where
content is added and maintained by site visitors. This contrasts with the
traditional 'Web 1.0' model where
content
is published by site owners in a 'read only' state and is merely consumed by
site visitors.
5 CSM didirikan
tahun 1908 oleh Mary Baker Eddy, pendiri Gereja Kristen Sains. Diterbitkan setiap hari Senin-Jumat, meliputi berita-berita
internasional dan lokal AS. CSM telah memenangi
tujuh penghargaan jurnalistik Pulitzer, terakhir tahun 2002. CSM terkenal
karena liputan mendalam soal Timur Tengah dengan memublikasikan hasil liputan
wartawan spesialis
Timur
Tengah, seperti mendiang John K. Cooley (sumber : Kompas 27 Maret 2009)
74 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
media (multimedia content), serta penyediaan isi
yang luar biasa spesifik (extreme content
customization).
Tahapan perkembangan isi berita dalam edisi online
internet menurut Pavlik (1998) telah melewati tiga tahap yaitu: (a) surat kabar
online hanya memindahkan ulang versi
cetaknya ke online (repurpose content from their mother ship);
(b) surat kabar sudah membuat isi inovatif-kreatif dalam websitenya
dengan fitur interaktif seperti
hyperlinks dan search engines, yang dapat memudahkan pengguna
mencari materi dengan topik-topik khusus yang sesuai dengan ukuran
kebutuhannya, misalnya dengan katagori berita dan informasi yang
dipilihnya (the journalists create original content
and augment it with such additives as hyperlinks - with which a reader can
instantly access another website; interactive features such as search engines,
which seek out material on specific topics; and a degree of customization - the
ability to choose what categories of news
and information you receive); dan (c)
isi berita telah didesain secara khusus untuk media web sebagai sebuah
medium komunikasi (original news content designed
specifically for the Web as a new medium of communication).
Pokok Permasalahan
Dari fenomena media cetak yang mengalami perubahan karena
pengaruh internet serta bersinergi antar keduanya, inilah
permasalahan yang menarik dalam kaitannya dengan hypertext6 yang berdampak pada
newsroom dan kinerja jurnalis untuk semua
tipe media (tv, radio, cetak) dalam batasan computer assisted reporting (CAR)
dalam era konvergensi media.
PEMBAHASAN
Internet sebagai Medium Jurnalistik
Marshall McLuhan (1999 : 7) dalam bukunya,
Understanding Media - The Extensions of Man menyatakan bahwa,
the medium is the message. Bahwa medium
yang dipakai untuk menyampaikan informasi dan pesan,
membentuk format pesan itu sendiri. McLuhan menganggap media sebagai perluasan
manusia. Media yang berbeda-beda mewakili pesan yang
berbeda-beda. Media menciptakan dan mempengaruhi cakupan serta bentuk dari
hubungan-hubungan dan kegiatan- kegiatan manusia.
Pengaruh media dengan adanya kemajuan teknologi menjadi sangat dahsyat bagi umat manusia. Media telah campur
tangan dalam kehidupan manusia secara
lebih cepat daripada sebelumnya, juga memperpendek jarak diantara bangsa-bangsa. Media massa apapun bentuknya akan selalu
membawa pesan tersendiri bagi masyarakatnya.
Munculnya perdebatan yang problematik atas internet
sebagai medium apakah sebagai media massa atau media komunikasi antarpersona
lebih disebabkan oleh sifat internet itu
sendiri, yang bisa diklasifikasikan ke dalam media massa atau media
konvensional yang individual dan antarpersona. Internet bisa dikatakan sebagai
6
Hypertext/ hypermedia : text and other contents edited
and to be recieved and read in a non-
linear way, jumping from one source, page, image, etc to
another; typical way to design and consume multimedia content
(Dijk.2006:266).
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 75
sebuah hybrid (perkawinan) yang mana keduanya
mampu bekerja sebagai perangkat CD player dan televisi. Internet juga sebagai medium
komunikasi antarpersona, contohnya e-mail. Jensen (1998 : 46) memisahkan
berbagai macam media, yang kemudian disebut
media "pull" dan "push". Media tradisional,
seperti TV, radio, dan film, mempunyai
karakteristik "push", dimana isi media diciptakan oleh
medianya untuk pembaca, pendengar dan pemirsanya. Sedangkan dalam
"pull" media (internet) isinya diciptakan oleh pengguna.
Audience perannya lebih aktif ketika surfing on the net daripada
ketika surfing saluran TV. Isi media bergeser dari seragam ke personal, dan
siklus publikasi berkembang dari periodik menuju up to date.
Munculnya medium baru internet, yang salah satu
fasilitasnya populer dengan nama World Wide Web (WWW) era
1990-an, menandakan babak baru dalam sistem komunikasi global. Sistem komunikasi tanpa batas. Melampaui batas-batas
fisik geografis, mental ideologis, ruang dan waktu. Komputer
yang sebelumnya sebagai medium pengumpulan
dan penyimpanan, berkembang menjadi media komunikasi dan jaringan komunikasi
yang kompleks dengan segala struktur operasionalnya. Dengan membawa konsekuensi-konsekuensi tersendiri bagi relasi pribadi
dan sosial. Sehingga pada akhirnya Internet membawa bentuk budaya
media. Dalam Internet, interaksi antara
orang-orang dimediasi oleh komputer, dan ditentukan oleh alat teknologi yang dipergunakan. Interaksi komunikasi yang
terjadi bukanlah sesuatu yang lahir secara
natural. Melainkan hasil adanya konstruksi teknologi.
Jurnalistik sebagai kegiatan melaporkan berbagai kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masyarakat, tidak
lepas dari konstruksi dengan perspektif tertentu untuk dijadikan bahan berita oleh jurnalis. Sementara berita adalah laporan
atau pemberitahuan tentang sesuatu kejadian atau peristiwa yang
disampaikan melalui orang lain, baik secara lisan
maupun tertulis (Peter dan Salim, 1991). Dalam konteks ini, pengertian berita
(news) yang dimaksud adalah penyajian informasi yang sudah, sedang
dan akan terjadi.
Secara umum media mempunyai tujuan agar khalayaknya
mempelajari peristiwa, tetapi media tidak berusaha mengajar
orang-orang tentang hal-hal yang ada dalam berita. (McQuail: 1987; 246)
Pertanyaan yang menarik adalah seberapa jauh orang memahami dan mengingat berita?. Ini lah yang menarik dalam
teori difusi berita, yaitu penyebaran berita yang diukur berdasarkan
kemampuan mengingat peristiwa tertentu. Variabel
penting yang menjadi pusat perhatiannya adalah; sejauh mana orang-orang mengenal peristiwa tertentu; kadar penting atau
kemenonjolan yang relatif dari peristiwa bersangkutan; volume
informasi yang disampaikan tentang peristiwa itu; sejauh mana informasi tentang
suatu peristiwa diperoleh pertama kali dari berita;
seberapa cepat media memberikan dan menyebarkan informasi. (McQuail: 1987; 246).
Impelmentasi teori tsb, penulis mencoba melihat kondisi
saat ini dimana perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, mengakibatkan adanya tuntutan
perubahan bentuk berita, dari pers cetak dan broadcast
menjadi bentuk berita online (e-News). Berita dalam media online berkembang sangat pesat, tidak
saja dalam bentuk teks tetapi juga dalam bentuk multimedia,
yaitu menggabungkan teks, audio dan video yang bisa diakses kapan pun
dan di mana pun manusia berada. Sehingga menurut Fidler (1997) multimedia
sering disebutnya sebagai mixed media. Sementara media konvensional (tv, radio, media cetak) yang telah melakukan
sinergi dengan
76 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
internet di era konvergensi7 media mampu meningkatkan value
added dan brand yang semakin kuat
dan luas. Ukuran audience proximity secara geografis yang menjadi
keunggulan (media cetak, radio, tv lokal) selama ini menjadi semakin absurd pada media online. Melalui webcasting dalam
media online mampu mendekatkan secara
emosional seseorang terhadap daerah asal atau kelahirannya, seperti seorang yang sedang berada di luar negeri karena studi,
bekerja, atau telah menjadi warga negara asing.
Sumber : Dijk, 2006:7
Gambar 1. Integrasi Transmisi dalam Bidang Komunikasi
Proses konvergensi menuju integrasi bisa masuk dalam
salah satu level berikut: 1) infrastruktur -
sebagai contoh kombinasi hubungan transmisi yang berbeda dan peralatan untuk
telefon dan komunikasi data komputer; 2) transportasi - sebagai contoh telefoni
internet and web TV bergantung pada kabel dan televisi satelit; 3) manajemen - sebagai contoh perusahaan kabel
mengembangkan/ menggunakan saluran telefon dan
perusahaan telefon mengembangkan televisi kabel; 4) layanan - sebagai contoh
kombinasi dari informasi dan layanan komunikasi pada internet; 5) jenis data - menaruh data jenis suara, teks, dan gambar
secara bersama. Dalam gambar tsb
bagaimana jaringan publik dan privat data, tele- dan komunikasi massa secara bersama-sama menciptakan jaringan multifungsional
berkecepatan tinggi yang disebut electronic superhighway dalam tahun
1990-an, tetapi saat ini biasa disebut broadband (networks).
7
Karakteristik media baru secara struktural adalah
integrasi telekomunikasi, komunikasi data,
dan komunikasi massa dalam satu medium. Sehingga menjadi
satu medium merupakan proses yang disebutnya
konvergensi. Karena alasana inilah new media sering disebut multimedia (Dijk.2006 : 7).
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 77
Disamping itu, informasi yang disajikan medium internet
sebagai sumber informasi sama dengan medium
lain, bahkan lebih unggul dari unsur kecepatan, seketika, interaktifitas, hyperlinks text sebagai sumber
informasi dan tidak tergantung pada jadwal siar dan periodesitas seperti
dijumpai pada surat kabar (terbit pagi atau sore). Bahkan
menurut penulis media online di Indonesia yang berbasis pada lembaga yang sudah mapan sudah menunjukkan kemajuan yang
sangat luar biasa, tidak
sekedar cetak yang dionlinekan, namun isi berita
telah didesain secara khusus untuk media web
sebagai sebuah medium komunikasi, seperti apa yang dikatakan Pavlik (1998).
Situs berita sebagai nara sumber bukan lagi bersifat komplementer namun bersinergi dengan isi siaran, telekomunikasi
(infrastruktur dan jaringan), dan komputer sehingga mampu menghadirkan
jurnalisme online dengan perspektif multimedia. Sebuah revolusi media
yang demikian maju.
Hasil wawancara penulis dengan pengelola media online
Suara Surabaya.net menyatakan bahwa mereka mengembangkan radio internet dan
jurnalistik online sekaligus karena tuntutan
perkembangan. Media harus tetap dekat kepada audience nya dimana pun mereka berada. Informasi audio dan
video dapat disimpan dalam bentuk digital dan memudahkan pendengar
untuk menelusurnya kembali (archive file). Radio sudah tidak bisa
dibatasi jangkauannya secara geografis dan frekuensi. Radio harus go online
untuk menambah value added dan menambah kekuatan brand
melalui berita-beritanya yang seketika. Sementara menurut
Pemimpin Redaksi Harian Surya diperoleh informasi
bahwa mereka mendesain situsnya agar unsur efektifitas dan efisiensi lebih baik secara manajemen. Serta sedang
mengembangkan edisi online multimedia. Sedangkan bagi informan yang
berada di luar negeri diperoleh informasi
bahwa faktor-faktor seseorang mengakses situs berita Indonesia karena ada unsur
emosional dengan tanah kelahiran, ingin mengetahui secara persis dan aktual
kejadian Politik, Ekonomi Sosial dan Budaya di Indonesia, yang mustahil mereka
dapat melalui medium konvensional. Serta untuk saling bertukar informasi dan
kabar berita dengan rekan, famili dan keluarga.
Berita realtime (seketika) yang nota bene
berkembang pesat era 1990-an ternyata secara
radikal mempengaruhi industri penerbitan pers cetak, dan mampu menaklukan ruang dan waktu yang selama ini dihadapi pers
cetak. Proses gathering information lewat internet berlangsung melalui
information brokers (perantara), tidak lewat penerbitan pers, sehingga
menjadi lebih singkat dan seketika. Berita elektronik dapat ditampilkan (upload) dan diperbarui (update) dalam
hitungan menit bahkan
detik. Sedangkan berita konvensional, khusus media cetak,
membutuhkan waktu
sedikitnya
satu hari untuk proses gathering information (peliputan), layout,
dan cetak. Dalam berita elektronik, cenderung menampilkan berita straight
news, breaking news, singkat dan
padat. Namun terus menerus diperbarui.
Hypertext Dalam Jurnalistik Online
Menurut
Lister ( 2003 : 23), kata 'hype' dalam hypertext adalah sebuah
kata kunci yang merujuk kepada inovasi dari
media baru (new media) dan yang membedakan dari 'old analogue media'.
Sedangkan awalan 'hyper' dikembangkan dari bahasa Yunani yang artinya di atas (above), di
seberang (beyond), atau di luar (outside). Jadi berdasarkan asal
katanya, maka hypertext hadir untuk menjelaskan sebuah teks yang
78 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
memberikan
sebuah sistem hubungan kepada teks lain yang berada 'di luar', 'di atas', dan 'di seberang' teks itu sendiri.
Roland Barthes menggambarkan sebuah teks ideal yang
sesuai dengan jaman, karena adanya
perkembangan teknologi khusunya komputer, adalah dengan hypertext yaitu teks
tersusun atas kata dan gambar yang terhubung (linked) secara elektronik
dengan banyak bagian/folder (paths). Dimana kemudian disebut
lexia, sebuah elektronik links yang saling berhubungan. Terms
(hypertext) ini kemudian disebut link,
node, network, web, dan path. Sama dengan Barthes, Michel Foucault juga mempunyai pendapat atas teks dalam terms network
(jaringan) dan links. Sehingga kemudian,
melahirkan apa yang disebutnya hypermedia sebagai kepanjangan atas teks dalam hypertext yang di
dalamnya terdapat informasi visual, suara, animasi, dan bentuk-bentuk data
lainnya. Sejak keberhasilan hypertext mampu menghubungkan teks seperti gambar, peta, diagram, dan suara semudah menyampaikan pesan verbal lainnya, hypertext
kemudian menjadi hypermedia. Hypertext menjadi medium informasi yang
menghubungkan pesan verbal dan non verbal.
Antara hypertext dan hypermedia mampu bertukar peran (Landow,
George,
The
Definition of Hypertext and Its History as a Concept)
Internet, sebagai sebuah jaringan komputer global,
merupakan suatu teknologi yang memicu
perkembangan berita elektronik (E-News). Teknologi internet memungkinkan berita (News) dipublikasikan dengan
menggunakan format Hypertext MarkUp Language (HTML) 8. Dimana, format berita (teks, gambar/foto, video,
audio, animasi) disajikan secara digital, sehingga pembaca dapat
mengakses dari komputer dengan cepat dan
seketika pada halaman web (web pages). Jarak dan waktu bukan lagi kendala. Karenanya, internet sebagai medium
jurnalistik memiliki banyak kelebihan
dibandingkan media massa lain. Mudah mengaksesnya, memproduksi dan menyebarkan dengan cepat dan murah dengan daya jangkau
dunia. Seperti produk dan layanan yang sudah dikembangkan BBC (bbc.co.uk)
antara lain news feed9, podcasts10, deskstop alert11, berita pada mobile phones, Portable Digital
Assistant (PDA), serta perangkat mobile
lainnya.
Sebuah dokumen bisa merupakan informasi. Sebuah artikel
di surat-kabar adalah dokumen (dokumen cetak),
demikian halnya dengan paket acara TV, sebuah
8
HTML
adalah tag atau kode yang dapat menampilkan teks dan layout graphic
yang kemudian
dikenal
sebagai web pages. Dalam file HTML terdapat tag atau kode yang
dimengerti oleh web browser dan dapat menampilkan dokumen pada layar monitor
komputer. Dalam tag HTML ditandai
dengan karakter "<" atau ">", dan umumnya tag HTML
dibuat berpasangan, ada tag pembuka dan ada tag penutup. Format
umum tag HTML adalah <nama_tag> Teks yang akan ditampilkan
</nama_tag>. HTML dikembangkan oleh Tim Berners-Lee dalam awal
tahun 1990- an.
9 Fasilitas news feed bagi user/
audience memudahkan mendapatkan headline dan video terkini tanpa harus mengunjungi website. Newsfeed
merupakan halaman web yang didesain untuk dibaca oleh komputer daripada
oleh user.
10 Fasilitas
podcasting secara otomatis bisa menerima episode terkini atas pilihan
pendengar untuk program acara tertentu di radio. Audio podcasts
memudahkan pendengar radio untuk mendengarkan
program radio favorit secara mobile dimana pun dan kapan pun berada dengan
cara
subscribe dan instal software di komputer dan perangkat portabel
seperti mp3 player.
11 Fasilitas
deskstop alert memudahkan user/ audience menerima headline
berita terkini yang dikirimkan langsung dari media ke komputer
deskstop.
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 79
lagu atau video juga merupakan dokumen (dokumen
elektronik). Jadi bagi seorang reporter dalam era
digital akan dihadapkan pada terminologi baru yang berubah yaitu dokumen.
Ketika reporter dan editor membuat sebuah dokumen news untuk masing-masing media dimana mereka bekerja, mungkin mereka
juga akan berpikir format dokumen yang sesuai,
entah itu cetak atau elektronik. Dokumen elektronik yang nota bene berisi informasi dapat diubah dari format analog
ke format digital. Teknologi internet memungkinkan hal ini. Dimana,
dengan format digital dokumen dapat diakses
lewat internet, termasuk gambar/ foto, audio, video, instruksi pemrograman
web interaktif, dan animasi. Yang semua ini bisa diakses lewat browser internet. Jadi kesimpulannya hypertext bisa
dikatakan sebagai jantungnya online news.
Perkembangan online news akan memaksa reporter
media cetak mengadopsi gaya broadcast,
dimana dalam dunia broadcast seorang reporter menulis untuk video,
still images dan suara. Sehingga pemirsa bisa mendengar dari radio
maupun melihat dari layar kaca televisi. Kata dalam broadcast
mampu melengkapi teka-teki informasi
dalam benak pikiran pemirsa atau pendengar. Reporter media
cetak sebaliknya, harus menggunakan bahasa agar
pesannya sampai pada benak pikiran pembacanya seperti apa yang dilihat dilayar televisi. Karenanya, seorang reporter
media cetak mencoba membuat sebuah "layar" dalam benak
pikiran pembacanya, dengan membangun daya ingat dan imajinasi
pembaca.
Seperti halnya dengan reporter broadcast tersebut,
reporter untuk media web juga telah menambahkan teks elektronik
(e-texts) dalam cara kerja mereka. Teks elektronik termasuk didalamnya video dan still images,
animasi, suara, dan tentu saja kata. Karenanya, tantangan sebagai reporter
media web adalah mampu memberikan perspektif baru agar berita menjadi benar-benar kredibel dan bisa
dipercaya masyarakat. Sehingga persepsi masyarakat yang masih
menganggap berita dari
media web sebagai sumber berita komplementer dapat
diubah dengan menerapkan kinerja profesional, sebagai sumber
berita cepat dan seketika.
Fasilitas radio on demand merupakan dokumentasi
audio clip dengan durasi tertentu, video
on demand merupakan visual clip berita hasil liputan reporter.
Video on demand biasanya berupa file movie/ film yang bisa diakses
oleh netter kapan saja yang tampilannya
berupa gambar bergerak dengan disertai audio yang langsung diambil dari
tempat kejadian. Pada saat download video on demand durasi waktu yang
dibutuhkan antara satu sampai dengan dua menit, dengan besar file berkisar
antara 500 - 1000 kilobyte. Termasuk Wireless Application Protocol
(WAP) yang merupakan fasilitas aplikasi nirkabel yang memungkinkan
pendengar untuk selalu mendapatkan informasi yang diinginkan dimana pun dan
kapan pun kita berada melalui telepon genggam (telepon
selular/ ponsel).
Fleksibilitas, Kapasitas, Immediacy, dan Permanen
Esensi dari Worl Wide Web dalam penjelasan
sebelumnya adalah berita, dimana pembaca membacanya melalui sebuah browser.
Menurut James Glen Stovall (2004) pada
online journalism dikenal dimensi fleksibilitas, kapasitas, immediacy
dan pemanen. Para reporter dapat memasukan laporan berita
mereka dengan berbagai bentuk untuk
informasinya, baik secara full text, disertai informasi biografi sumber,
80 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
diagram, peta, dan gambar yang dapat membantu pembaca
mengerti subyek pemberitaannya. Bahkan dapat
memasukan audio dari sumber dan video scenes dimana berita diambil. Inilah fleksibilitas media
internet dari pada cetak atau penyiaran. Namun,
dalam online journalism juga terdapat batasan yang terletak pada komputer server secara kuota atau ruang data dimana
informasi tersebut disimpandan lamanya waktu
akses . Inilah yang disebut sebagai batasan kapasitas.
Online journalism dapat mengirim berita secara seketika dan serentak (instantaneous reporting) dalam bentuk breaking
news event sesuai konteksnya dengan cakupan coverage yang
global. Sesuatu yang dirasa sulit bagi para broadcaster untuk memberikan informasi berita breaking news
mereka. Inilah yang disebut sebagai
immediacy. Sedangkan, online journalism disebut permanen karena para
reporter bekerja berjam-jam untuk
sebuah dokumen berita secara digital yang dapat disimpan dalam sebuah server
komputer dalam waktu lama dan terjaga kualitasnya. Berbeda dengan surat kabar
yang mediumnya kertas akan mudah pudar dan sobek, demikian juga medium videotape dan
audiotape kualitasnya akan menurun seiring waktu yang terus bergulir. Informasi yang tersimpan online
kualitasnya begitu powerfull, mudah ditelusur ulang (retrievability)
namun juga rawan diduplikasi. Karena
the web adalah sebuah medium terbuka dan sarat teknologi secara berjaringan, sehingga mudah diduplikasi dan
disimpan dalam lokasi yang berbeda dari aslinya.
Interaktifitas dalam media online
Semua media tentunya interaktif. Pemirsa televisi dan
pendengar radio harus menyalakan
pesawatnya dan memilih gelombang dan salurannya (channel). Dengan remote
control memberikan pengguna bebas untuk memilih channel. Tetapi
media ini tidak menawarkan kesempatan untuk berinteraksi. Media
televisi dan radio tidak mempunyai pilihan
dan mekanisme feedback ketika programnya disiarkan. Kecuali adanya
kontribusi medium e-mail dan telephone. Sedangkan suratkabar dan majalah
dinilai lebih interaktif karena pembaca dapat memilih
bagian apa yang lebih suka dibaca dan bagian
mana yang diabaikan. Headlines (teks yang mengarahkan pembaca kepada
topik atau judul besar liputan), layouts dan index mampu memberikan pembaca pilihan. Tetapi media cetak tidak
menawarkan melalui saluran apa pembaca dapat merespon apa yang mereka lihat dan
berinteraksi dengan reporter yang memproduksi
berita. Kecuali adanya kontribusi dari medium surat pembaca atau
telephone.
Interaktivitas dalam online journalism adalah
adanya sebuah hubungan antara reporter dengan pembacanya (consumer) dan hubungan yang
bermakna dengan sebuah bentuk baru jurnalistik.
Menurut Williams, Rice, dan Rogers 1998 (dalam Severin and
Tankard, 2001: 370) mendefinisikan interaktifitas sebagai "the degree
to which participants in a communications process have control over, and can
exchange roles in, their mutual discourse". Jadi kontrol komunikasi
internet ada pada pengguna. Salah satu studi
penggunaan internet mendapatkan enam dimensi interaktifitas yaitu (1) internet mampu memberikan informasi dari
pada sekedar persuasi; (2) kontrol
terletak pada pengguna internet; (3) aktifitas banyak dilakukan oleh pengguna (aktif); (4) komunikasi yang terjadi dua
arah; (5) waktu yang digunakan dalam komunikasi lebih fleksibel dari
pada terjadwal (periodisasi seperti dalam media
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 81
cetak), dan (6) komunikasi berlangsung pada suatu tempat
yang 'diciptakan' oleh para consumer
(Rogers, 1998). Berikut adalah analisis fitur-fitur yang ada dalam online media.
Tabel 2 . Analisis Fitur dalam Media Online
Fitur Hypertext Multimedia Arsip Interaktif
Virtual
Aplikasi Links berada di - gambar
- Arsip surat mekanisme Kecepatan
Media dalam situs - video klip
kabar feedback
dengan pemutahiran
Tradisional (dari halaman
- audio klip secara full e-mail. data (update)
pertama ke text sama
seperti
halaman lain) - browsing kemungkinan
proses yang
dengan mengirim terjadi
pada
tanggal
materi ke surat surat kabar
kabar
Aplikasi New Links ke Penggabungan Arsip artikel Forum diskusi Penerbitan
Media halaman
web berbagai macam online secara
lain. presentasi realtime
Links ke Mixed media Penelusuran
Ruang obrolan Intergrasi
material arsip melalui search (chat rooms) layanan berita
engine secara online
Mengurangi menghasilkan
Online Surveys dan offline
adanya 'lubang data
secara
berita' full text Jurnalisme
publik
Sumber:
Wallenius (2003). News Journalism on the Internet : p. 13
KESIMPULAN
Dari uraian dalam pembahasan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa perkembangan
jurnalistik online di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan situasi politik di Indonesia dengan berbagai kebijakan
rejim penguasa yang menyertainya. Jurnalistik online
periode pertama berkembang mulai 1995 - 1997 dengan ditandai hadirnya internet di Indonesia yang kemudian diterapkan
dan kembangkan oleh IPTEKNET, munculnya Internet Service Provider (ISP), web
service, fenomena
mailing list apakabar yang cukup sensasional waktu itu, yaitu runtuhnya Orde Baru oleh gerakan Reformasi (era
reformasi), Tempo Interaktif dan Kompas Cyber Media. Periode kedua mulai
1998 - 2001 ditandai fenomena dotcom dan bergugurannya dotcom, pencabutan Surat Ijin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) oleh Mentrei Penerangan Yunus Yosfiah pada Kabinet
Presiden Habibie yang menandakan era
kebebasan pers menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan jurnalisme online di Indonesia sudah memasuki tahapan periode ketiga
seperti apa yang digambarkan oleh pavlik (1998),
dimana isi berita telah didesain secara khusus untuk media web
sebagai sebuah medium komunikasi.
Dalam periode ketiga, sejak 2002 sampai sekarang adalah
fenomena jurnalistik online multimedia
atau webcasting dengan produk dan layanan seperti news feed, podcasts,
deskstop alert, berita pada mobile phones, PDA ,serta
perangkat mobile
82 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
lainnya. Hal ini sebagai akibat perkembangan teknologi
informasi dan jaringan (infrastruktur) yang berimbas pada media, yang pada
akhirnya menghasilkan konvergensi media
(sinergi), dengan tidak mengesampingkan akan adanya kebutuhan akses kebebasan informasi yang cepat, seketika dan transparan,
tidak dibatasi ruang dan waktu serta adanya kepercayaan publik itu sendiri pada
berita
online
DAFTAR
PUSTAKA
Baran, Stanley J. (2003). Mass Communication Theory;
Foundations, Ferment, and
Future, 3rd edition. Belmon, CA : Thomson
Bungin, Burhan; New Media dan Perkembangannya;
Konstruksi Sosial Telematika
dan Inovasi Media Baru, Seminar dan Lokakarya "Being
Local in National Context : Understanding Local
Media and Its Struggle", Universitas Kristen Petra, di
Surabaya 14 Oktober 2002.
Dewdney, Andrew., and Ride, Peter. (2006). The New
Media Handbook. London.
Routledge.
Dharmanto, Satryio Bernadus. (2008). Menyikapi
Lahirnya Era Penyiaran TV Digital
http://tekno.kompas.com/read/xml/2008/10/23/1600400/
diakses 23 Oktober 2008.
Dijk,
Jan Van. (2006). The Network Society; Social Aspects of New Media. 2nd edition.
London. SAGE Publications Ltd.
Craig, Richard. (2005). Online Journalism; Reporting,
Writing and Editing for
New Media: Thomson
Effendy, Onong Uchjana. (2005). Komunikasi dan
Modernisasi, Bandung: Mandar
Maju
Fidler,
Roger. (1997). Mediamorphosis, Understanding New Media. Pine
Forge Press,
Thousand Oaks (calif),.
Ibrahim, Idi Subandi. (2004). Sirnanya Komunikasi
Empatik; Krisis Budaya
Komunikasi dalam Masyarakat Kontemporer: Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Jensen, Jens Frederik. (1998). Communication Research
after The Mediasaurus?
Digital Convergence, Digital Divergence. The Media Lanscape in Transition. Research
on New Information Technology. In Nordicom Review 1/98. Nordicom, Goterborgs
Universitet.
Landow, George; The Definition of Hypertext and Its
History as a Concept,
http://www.thecore.nus.edu.sg/landow/cpace/ht/jhup/history.html#1,
diakses 14 Pebruari 2005.
Lister,
Martin. (2003). New Media : A Critical Introduction. London : Routledge
Hadi,
Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Era Jurnalistik Modern 83
Muljono; Sistem Berita Elektronika di Intranet
Universitas Pelita Harapan
Menggunakan Lotus Notes dan Domino, Jurnal Ilmiah Universitas Pelita Harapan,
LPPM-UPH Menara UPH - Lippo Karawaci - Tangerang.Vol. 4/No.7 Agustus 2001, Hal.
37.
McLuhan, Marshall. (1999). Understanding Media; The
Extension of Man. London :
Routledge.
McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa;
Suatu Pengantar. Jakarta. Edisi
Kedua: Erlangga.
McQuail's, Denis. (2001). Mass Communication Theory.
London. 4th edition: SAGE
Publications, Inc.
Muslimin,
Totok., dan Djuroto. (2002). Teknik Mencari dan Menulis Berita.
Semarang:
Dahara Prize, Effhar Offset.
Oetama, Jacob. (2001). Pers Indonesia Berkomunikasi
dalam Masyarakat Tidak
Tulus: Percetakan PT. Gramedia. Jakarta, Oktober.
Online News Association [ONA], Digital Journalism
Credibility Study,
http://www.journalists.org/Programs/Study.htm,
diakses 7 Pebruari 2002.
Pavlik, John V and Shawn McIntosh. (2004). Converging
Media, An Introduction to
Mass Communication.
Boston : Pearson Education, Inc.
Pavlik,
John V. (2001). Journalism and New Media: Columbia University Press
Pavlik, John V. (1998). "The Future of On-Line
Journalism," chapter in Wickham,
Kathleen, On-Line Journalism Perspective
(CourseWise Publishing, Inc.).
Perebinossoff,
Philippe. (2005).Programming for TV, Radio and The Internet, Strategi,
Development and Evaluation.
Second Edition : Focal Press. Elsevier Inc
Rahmat, Jalaludin. (2002). Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Salim, Peter dan Yenny Salim. (1991). Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English Press.
Scanlan, Christopher; The Web and The Future of Writing,
Poynter Reporting and
Writing
Group Leader, http://www.poynter.org/centerpiece/062100.htm, diakses
Juli 2002
Stovall, James Glen. (2004). Web Journalism of a New
Medium. University of
Alabama: Pearson Education Inc.
Straubhaar,
Joseph dan Robert La Rose. (2002). Media Now: Communication Media in
the Information Age:
Australia: Wadsworth
Severin, Werner J and James W. Tankard. (2001).
Communication Theories; Origin,
Methods, and Uses in the Mass Media. Fifth Edition. University of Texas at Austin:
Addison Wesley Longman Inc.
84 Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 - 84
Piliang, Yasraf Amir. (2004). Dunia yang Dilipat;
Tamasya Melampaui Batas-Batas
Kebudayaan. Yogyakarta :
Jalasutra
Wallenius, Jaana. (2003). News Journalism on the
Internet. University of Helsinki,
Department of Communication.
http://www.imv.au/dkeng/academic/pdf_files/ Wallenius.pdf,
diakses 7-08-2005.